PIYUNGANNEWS - Tidak ada wajah-wajah lesu pagi itu. Semua orang bersikap biasa saja. Empat pilar berdiri tegak, menyambut setiap orang yang melintas menuju pintu masuk. Hampir 40 orang berjejer rapi di bangku ruang pendaftaran, sembari sesekali melihat arah jarum jam menghitung waktu kapan giliran dipanggil oleh resepsionis. Jarum kecil jam saat itu belum melewati angka 9.
Kendati demikian, tidak ada pula kebahagiaan di gedung megah ini, di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Mereka semua yang terlibat di sana, baik sebagai penggugat, tergugat, pengacara, panitera, hingga hakim, semuanya berkolaborasi memisahkan hubungan dua manusia yang konon telah dipersatukan oleh Tuhan.
"Saya mau daftar cerai," kata ibu beranak dua sembari membawa berkas-berkas yang menurutnya sudah dipersiapkan jauh-jauh hari.