Sabtu, 24 September 2016

[KAJIAN HADITS] "Agama Adalah Nasihat…”


"Agama adalah nasihat…” begitu kata Rasulullah saw pada suatu kesempatan.

Kemudian Rasulullah ditanya: Hak siapakah nasehat itu, wahai Nabi? “Haknya Allah, kitab suci-Nya, rasul-Nya, para pemimpin dan yang dipimpinya (masyarakat/ummat).”

Secara sederhana, yang dimaksud nasehat adalah haknya Allah, yaitu mengimani dan mentaati-Nya sepenuh hati. Sedangkan hak Al-Qur`an terhadap nasehat kita, adalah dengan membaca secara berkesinambungan, mempelajari dan mengamalkan ajaran yang ada di dalamnya. Adapun nasehat yang menjadi hak Rasulullah, ialah dengan kita ikuti sunnah-sunnah beliau.

Kemudian, nasehat untuk para pemimpin, adalah dengan mentaati aturan yang dibuatnya sesuai dengan undang-undang dan konstitusi. Dengan catatan, bahwa aturan tersebut tidak bertentangan dengan aturan Allah. Tapi, jika kita dapati pemimpin kita membuat aturan yang melawan aturan Allah, maka kita berkewajiban untuk meluruskannya. Atau kalau ternyata justru pemimpinlah yang melanggar sendiri aturan yang dibuatnya, maka kita juga harus menegur dan menunjukkan kesalahan mereka.

Dan yang terakhir, nasehat adalah hak orang-orang yang dipimpin. Yaitu orang kebanyakan. Kita berkewajiban untuk saling menasehati di antara kita. Karena memang tak akan seorang pun dari kita yang terlepas dari kesalahan. Kita adalah manusia yang sehari-hari makan nasi, roti dan minum air. Manusia biasa! Manusia adalah tempatnya salah, lalai dan lupa. Sehingga karenanya, sebagai bagian dari manusia kebanyakan, disamping kita bekewajiban untuk menasehati orang lain. Yang lebih penting untuk diri kita sendiri, adalah menerima setiap nasehat dari orang lain dengan lapang dada.

Dalam pergulatan kehidupan yang semakin hari semakin sengit, niscaya bagi setiap diri untuk suatu ketika terpeleset, tergelicir dan bahkan terperosok. Pun kita pernah mencubit, menyenggol dan bahkan menabrak. Oleh karenanya, kita harus mendapatkan nasehat dari orang lain untuk membantu kita kala terpeleset dan tergelincir. Dan kalau ternyata kita terlanjur terperosok, dengan nasehat kita berupaya untuk tidak terus terbenam setelah terperosok. Nasehat bisa menghentikan cubitan dan senggolan kita. Nasehat adalah reparasi body setelah kita menabrak.

Tapi, bagaimana pun juga dengan potensi kesombongan yang ada pada manusia, tak mudah memang untuk menasehati orang lain. Sebagaimana tidak mudah juga bagi setiap orang untuk menerima nasehat. Maka, syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang memberi nasehat adalah harus dilandasi ketulusan untuk kebaikan orang yang dinasehati. Dan bagi yang dinasehati, ia harus membuka hatinya, melapangkan dadanya dan membuang jauh-jauh kesombongan dan keangkuhan yang ada pada dirinya.

“Kalau saudara kalian meminta nasehat, nasehatilah. Dan pakailah bahasa semudah mungkin ketika memberikan nasehat…!” begitu sabda Baginda Nabi Muhammad saw. Maka, walau kita berkewajiban memberikan nasehat, terlebih pada orang yang meminta nasehat, tapi kita tetap dituntut untuk menggunakan cara yang baik dan bahasa yang paling mudah.

Suatu hari, satu pesan masuk ke inbox saya, “Mas Abrar, saya tidak bermaksud menasehati siapapun. Tapi, ini lebih saya tujukan sebagai nasehat untuk diri saya sendiri. Ada empat hal yang bisa meredupkan hati saya, cepat atau lambat. Yaitu: Terlalu banyak makan, terlalu banyak tidur, terlalu banyak bicara dan terlalu banyak tertawa.” Itulah inbox yang selalu kembali saya buka, apabila saya mendapati diri ini terlalu banyak melakukan empat hal tersebut. Saya buka kembali, kembali dan kembali.

Wallahu A’lam.

(Ust. Abrar Rifai)




from PORTAL PIYUNGAN http://ift.tt/2dqh9PP

Artikel Terkait